Oleh : DioN Erbe
Saat kau menoleh ke belakang, ku baca bait demi bait kisahmuBagai genderang bertalu suaranya menusuk anak telingaGetarannya seakan membelah langit, memecah karangKutersentak..!! detak jantungku berhenti sesaat”Inikah kisah paling sunyi di goa kegelapan...”ada titik airmata mengambang, diseling desiran darah di aorta-ku
Dulu...Luka itu, menggurat di batu gua terukir kuatKau coba tutup pintunya dengan bongkahan bening hatimu,Meruntuhkan dengan logika cergas kecerdasanmuDi saat terik matahari berada diatas kepalamuHingga menggamit rasa pedihmu
Kini...Senyummu indah bagai gugusan pegunungan hijau membentang,tersungkur penuh rasa syukur pada Ilaahi Rabb,di sepanjang sajadah sujudmuTepian malam adalah oase segar saat munajatmu berharapTak ingin mengulang ”bagai orang buangan” yang disingkirkanPadahal kau adalah kilau berlian
Sungguh tak pernah kau lupakan,Ketika daun hijau rerimbun menyelara di batang kenangan
Rinduku mendekap bayang..!Tiga windu titian waktu kan kutunggu..!
Dan aku bagai selasar yang masih ingin menjadi songsongJejak kasihmu yang suci murniBersama buah hatimu,Anak-anakmu
Semarang, 1 Januari 2010
Keterangan :
Cergas = giat, cekatan
Menyelara = (daun tua yg menguning dan akhirnya gugur)
Selasar=beranda tempat rakyat menghadap pembesar
Songsong = Payung kebesaran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar